Rabu, 01 Oktober 2014

Jadi Orang BATAK, Malu atau Bangga????



Saya orang batak dan saya tidak malu tapi juga tidak bangga, kenapa? Alasannya saya tidak malu karena menurut saya kenapa saya harus malu??? itukan hanya suku, dan kita tidak meminta ditakdirkan terlahir menjadi suku apa yg kita mau. Ketika orang bertanya pada saya “asli mana?” sebenernya saya bingung kalo ditanya seperti itu, karena ketika saya jawab batak mereka akan bertanya dimana kampungnya? Dan saya akan jawab saya di Padang karena memang itulah kampung kelahiran saya dan juga dibesarkan disana. Biasanya juga mereka akan berpikir klo saya campuran, lalu saya bilang lagi saya asli batak. Lalu biasanya lagi mereka akan bilang “ pasti kamu tapsel ya/mandailing ya?” dan saya akan gelengkan kepala dan menjawab tegas saya orang batak toba, dan biasanya dengan wajah berkerut dan bingung mereka akan bertanya lagi, koq gak mirip? Koq muslim? Yah,, pertanyaan seperti ini sering saya dapatkan ketika mulai berkenalan. Karena ketika orang yang baru mengenal saya biasanya tidak akan mengira kalo saya orang batak, biasanya mereka mengira saya orang jawa, padang , dan kadang Palembang. Tapi saya sedikit senang dengan hal itu karena sebutan ‘amuba(asli muka batak) memang seperti menghina batak itu sendiri, karena suku lain biasanya mendeskripsikan wajah batak dengan wajah sangar dan jelek. Padahal itu tidak semuanya, lihat aja Lulu tobing, kurang ayu dan kurang cantik apa lagi?

Saya tidak malu jadi orang batak karena bapak saya juga batak dan dia ganteng dan tidak kasar, ibu saya juga batak dan dia lembut, so, gak ada yang negative dari orang batak. Tapi itu dulu, sebelum saya ke batam. Setelah ke batam saya mulai melihat banyak sekali orang batak dan dengan profesi yang mayoritas kalo gak supir angkot ya tukang tambal ban, dan yg lebih memalukan lagi biasanya mereka kasar2. Kenapa saya bilang begitu? Karena itulah yang saya alami, dan karena orang batak juga saya kemudian beli motor karena malas berhubungan dengan sopir angkot yang rata2 orang batak, dan jangan mengira mereka akan melempar senyum dan berkata lembut pada anda. Anda cukup bersyukur aja ketika mereka tidak memaki anda ketika anda turun dari angkotnya dengan memberi uang 50 ribuan . ( sebelum naik angkot yg sopirnya orang batak kudu sediain uang kecil kalo tidak mau dimaki)

Bangga-kah menjadi orang Batak yang dicap kasar? Saya tidak.  Itu sebabnya saya bertutur bahasa dengan halus dan sopan.  Malahan, jika memang harus marahpun saya ingin saya tidak kelihatan kasar, karena yang pertama kali akan dikatakan orang adalah:  “Pantesan kasar, batak siihh!”

Sama dengan perasaan saya menjadi orang Batak.  Siapa yang harus saya salahkan jika televisi Indonesia menayangkan sinetron dan film berkarakter orang Batak dengan cara bicara yang kasar dan profesi berbau preman? Saya kah yang punya masalah jika saya mengungkit kesalahan itu sebagai cermin untuk bertindak lebih baik?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar